Electronic Resource
Straatvertoningen :transliterasi dan terjemahan naskah seni pertunjukan jalanan
Penelitian ini mengambil sebagian kecil dari koleksi naskah yang dikumpulkan di wilayah Jawa, khususnya Yogyakarta dan Surakarta. Nama besar keraton di Yogyakarta dan Surakarta dianggap mewakili kebudayaan Jawa yang adiluhung. Namun demikian, belum lengkap jika potret kehidupan
masyarakat Jawa yang berada di luar keraton, di daerah pinggiran, tidak diangkat untuk melihat dengan kerangka yang lebih lengkap. Terlebih lagi, terdapat koleksi naskah yang memadai untuk melihat kebudayaan Jawa terutama dalam rentang awal abad ke-20. Koleksi tersebut adalah naskah-naskah yang dikumpulkan oleh Moens dan Pigeaud dalam kode KBG, sekaligus naskah koleksi Moens dengan kode AS. Proporsi yang demikian besar dikerjakan oleh Moens menuntun pada fokus sepak terjang dan kontribusinya dalam memungkinkan studi kajian ini dengan membaca naskah-naskah yang tidak hanya merepresentasikan budaya Jawa di keraton, tetapi juga budaya Jawa yang ada di luar keraton sehingga niscaya pengetahuan mengenai kebudayaan Jawa pada awal abad ke-20 dapat disajikan dengan lebih berimbang. naskah Serat Narasawan dengan kode AS 75, salah satu koleksi PNRI. Naskah beraksara Jawa ini berisi lima belas judul cerita dalam konteks kehidupan sehari-hari masyarakat dengan menarasikan relasi manusia dengan hewan dan makhluk halus. Jenis binatang yang ditemukan dalam tiga belas cerita adalah sapi, kerbau, kambing, kuda, menjangan, kera, dan orangutan, sedangkan dalam dua judul cerita lainnya adalah makhluk yang disebut buto dan peri. Penelitian selanjutnya adalah naskah dengan kode AS 5 berjudul Babad Lombok: Babad Palawija kaliyan Palawose. Naskah ini menceritakan asal-usul benih tanaman palawija sebagai komoditas alternatif yang dapat ditemui di wilayah pinggiran Yogyakarta. Analisis naskah melalui pembacaan menyeluruh dan komparasi data etnografi Yogyakarta pada masa awal abad ke-20 sebagai konteks masa naskah dibuat menunjukkan adanya pengalaman masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan selain selain padi. Pernah terjadi kelangkaan pangan sebagai akibat sistem tanam paksa yang masih berlangsung terutama pada komoditas ekspor. Para petani diwajibkan mananam tanaman seperti kopi dan tebu untuk pasar dunia bagi perusahaan Belanda, sehingga baik secara langsung maupun tidak, mempengaruhi produktivitas bahan pangan utama bagi masyarakat.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain